Berjalan
di bawah siraman cahaya hidayah merupakan nikmat yang sangat agung.
Sebaliknya, tenggelam dalam kegelapan kesesatan merupakan bencana.
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan
menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman.
Yang keduanya telah dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu
kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman,
akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya
Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang
Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Dan
sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber
segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah
ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak
ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang
yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang
membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan
orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar
darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir
terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Orang itu -yaitu
yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang
meliputi hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
Orang-orang yang beriman, mendapat anugerah bimbingan dari Allah
untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir dan
para penentang ayat-ayat-Nya serta orang-orang yang berpaling dari
petunjuk Rabbnya, maka ‘pembimbing’ mereka adalah thoghut, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya menuju gelap gulita.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah
penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari
kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong
mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju
kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Begitu pula orang-orang munafik, orang-orang yang sengaja meninggalkan kebenaran dan mencampakkannya, maka Allah ta’ala tidak segan-segan untuk membiarkan mereka berjalan di atas kegelapan yang mereka pilih atas kehendak hawa nafsunya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Perumpamaan
mereka -orang munafik- seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah
menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari)
mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.” (QS. al-Baqarah: 17-18)
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Ini adalah sifat
orang-orang munafik. Dahulu mereka beriman sehingga iman itu menyinari
hati mereka sebagaimana api yang menyinari orang-orang yang menyalakan
api. Kemudian mereka justru kufur maka Allah pun menghilangkan cahaya
yang menyinari mereka dan mencabutnya sebagaimana lenyapnya cahaya dari
api tersebut sehingga Allah membiarkan mereka berada dalam kegelapan,
tidak dapat melihat.” (Tafsir al-Qur’an al-Azhim [1/67])
Semoga Allah melindungi kita dari fitnah dan kemunafikan, dari
berpaling kepada kekafiran dan hanyut dalam kemaksiatan setelah Allah
berikan kepada kita nikmat hidayah dan ketaatan.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar